Ketika Anda mengunjungi rumah adat Batak
di desa Tomok, Anda akan menemukan sebuah patung Sigale-gale di depan
rumah Bolon. Sigale-gale sendiri sudah cukup dikenal oleh masyarakat
luas sebagai boneka kayu yang digerakkan untuk menari. Pertunjukan
tarian boneka Sigale-gale sudah sangat langka. Konon, jumlah boneka
Sigale-gale ini hanya tinggal beberapa saja. Untungnya, hingga kini
Sigale-gale belum punah, dan desa Tomok merupakan satu tempat di mana tari Sigale-gale ini masih terus dilestarikan.
Menurut legenda yang ada, ada berbagai
macam versi cerita dibalik boneka Sigale-gale. Salah satunya berkisah
tentang Sigale-gale yang dulunya merupakan anak seorang raja. Sebagai
putra tunggal Raja Rahat, dia merupakan satu-satunya penerus keturunan.
Konon menurut cerita, dia dianugerahi ketampanan sebagai seorang putra raja. Suatu ketika, sang putra raja mengalami sakit keras hingga akhirnya meninggal. Kematian Sigale-gale ini menyebabkan Raja kehilangan kendali atas dirinya dan mengalami gangguan jiwa. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit karena rindu yang teramat dalam kepada putra semata wayangnya. Oleh karena itu, demi mengobati sang raja, tabib tersebut mengusulkan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan tersebut dan memahatkan sebuah kayu yang menyerupai wajah anaknya Sigale-gale. Di dalam upacara itu, tabib memanggil roh Sigale-gale dan rohnya tersebut dimasukkan ke dalam boneka kayu tersebut. Kemudian boneka kayu tersebut menari (baca: manortor) dengan iringan khas musik Batak Toba. Boneka yang berisikan arwah Sigale-gale tersebut menari selama tujuh hari tujuh malam. Pada hari kedelapan, boneka tersebut pun berhenti menari.
Konon menurut cerita, dia dianugerahi ketampanan sebagai seorang putra raja. Suatu ketika, sang putra raja mengalami sakit keras hingga akhirnya meninggal. Kematian Sigale-gale ini menyebabkan Raja kehilangan kendali atas dirinya dan mengalami gangguan jiwa. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit karena rindu yang teramat dalam kepada putra semata wayangnya. Oleh karena itu, demi mengobati sang raja, tabib tersebut mengusulkan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan tersebut dan memahatkan sebuah kayu yang menyerupai wajah anaknya Sigale-gale. Di dalam upacara itu, tabib memanggil roh Sigale-gale dan rohnya tersebut dimasukkan ke dalam boneka kayu tersebut. Kemudian boneka kayu tersebut menari (baca: manortor) dengan iringan khas musik Batak Toba. Boneka yang berisikan arwah Sigale-gale tersebut menari selama tujuh hari tujuh malam. Pada hari kedelapan, boneka tersebut pun berhenti menari.
Namun
saat ini, boneka yang ada sekarang hanyalah replikanya saja.
Pertunjukan yang sekarang masih bisa disaksikan oleh para pengunjung pun
tidak lagi menari sendiri secara mistik diiringi music Batak, seperti
yang dulu pernah diceritakan. Kini, boneka Sigale-gale digerakkan oleh
orang supaya menari layaknya manusia. Namun, pertunjukan tarian boneka
Sigale-gale memang tetap menarik dan menghibur. Boneka Sigale-gale ini
digerakkan untuk menari layaknya manusia. Boneka dengan tinggi mencapai
satu setengah meter ini diberi kostum tradisional Batak. Gerak-gerik
Sigale-gale yang muncul selama pertunjukan mengesankan gerik-gerik
manusia. Kepala bisa diputar kesamping kanan maupun kiri, mata dan
lidahnya dapat bergerak, kedua tangan dapat bergerak-gerak menyerupai
orang menari, bahkan boneka ini dapat berposisi merendah, seperti orang
jongkok pada waktu menari.
Boneka Sigale-gale yang dapat menari ini
digerakkan oleh dua sampai tiga orang dalang yang berada di belakang
boneka sambil marik julur-julur tali untuk membuat bagian-bagian boneka
tersebut bergerak seperti menari. Dulu, konon katanya, julur-julur tali
tersebut tidak pernah ada. Boneka yang menari tersebut bergerak dengan
kekutan gaib yang dimiliki oleh dalangnya. Bila zaman dulu tarian
Sigale-gale diiringi iringan musik khas Batak dengan berbagai
instrumennya, kini, pertunjukan tarian Sigale-gale ini sering
menggunakan rekaman kaset audio untuk sebagai pengiring.
Yang menarik dari Sigale-gale ini adalah
cerita mistis yang mengiringi keberadaannya. Konon katanya, terkait
dengan pembuatan boneka kayu ini, seseorang yang bersedia membuat patung
boneka ini akan menjadi tumbal. Setelah menyelesaikan boneka tersebut,
sang pemahat akan meninggal. Kepercayaan ini akhirnya membuat boneka
Sigale-gale menjadi eksklusif dan tidak pernah dibuat dalam jumlah
banyak.
Jika
Anda mau menonton langsung pertunjukan tarian boneka kayu Sigale-gale
ini, Anda bisa memesan langsung dengan bayaran tertentu. Namun, jika
Anda beruntung, Anda dapat menumpang melihat pertunjukan ini dari
pengunjung lain yang sudah memesannya. Terkadang, Anda akan dipungut
tarif seikhlasnya. Anda juga dapat meminta kepada pengusaha pertunjukan
untuk memainkan tarian Sigale-gale ini dengan diiringi musikal gondang
Batak dengan delapan sampai sepuluh penari pengiringnya. Selain di Desa
Tomok, Anda juga dapat menonton pertunjukan tari Sigale-gale ini di Museum Hutabolon Simanindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar